HARIE.ID, TAKENGON | Majelis Adat Gayo Aceh Tengah diminta evaluasi “Titah” yang pernah diterbitkan beberapa waktu lalu untuk seluruh instansi di Kabupaten berhawa sejuk itu.
Usulan ini mencuat dalam diskusi sabtuan dengan thema “Punah nya bahasa Gayo resiko dan pelestarian nya”.
Hadir mewakili Ketua Majelis Adat Gayo (MAG) Aceh Tengah dalam diskusi ini adalah Bentara Linge, Ketua Bidang Khazanah adat Gayo di lembaga adat tersebut.
“Titah yang diterbitkan Majelis Adat Gayo kami menilai perlu di evaluasi, saat ini hampir diabaikan,” kata Maharadi dalam diskusi yang berlangsung di Dakota depan Kantor Imigrasi Takengon, Sabtu 04 November 2023.
Sub thema yang dibahas Bentara Linge adalah “bahasa Gayo dulu dan kini”, menurut Maharadi, penggunaan bahasa Gayo di seluruh instansi di Aceh Tengah belum optimal.
“Hari Kamis sehari berbahasa Gayo, namun masih menggunakan bahasa Indonesia dalam berinteraksi, kami minta keseriusan semua pihak dalam pelestarian bahasa Gayo ini,” harap Maharadi.
Bentara Linge menanggapi usulan tersebut, kata dia, Majelis Adat Gayo sifatnya hanya mengkaji, memberi rekomendasi dan melakukan evaluasi dan memberi solusi.
“Atas usulan ini akan kami sampaikan ke Majelis untuk dilakukan pembahasan dan menindak lanjuti usulan ini. Apakah nanti akan dibentuk tim monitoring ke lapangan,” katanya.
Tak hanya Bahasa Gayo kata Bentara Linge, melainkan, pada hari Kamis itu dibarengi dengan mengenakan pakaian Kerawang Gayo.
“Nanti akan kami bahas, kita juga berharap, sehari berbahasa Gayo ini eksis di terapkan di sekolah,” demikian Bentara Linge.
Selain Bentara Linge, sebagai narasumber dalam kegiatan tersebut Mukhlis Gayo dan Zulfikar Ahmad atau kerap disapa Aman Dio. Di moderatori oleh Bahtiar Gayo Pimred Dialeksis.
Penulis| Arinos