HARIE.ID, TAKENGON | Penampilan pasangan calon Mualem-Dek Fad dalam Debat Kedua Pilkada Aceh, yang diselenggarakan oleh Komisi Independen Pemilihan (KIP) Aceh, menjadi sorotan khusus.
Keduanya tampil dengan mengenakan baju adat bermotif Kerawang Gayo dan Alas, yang mendapat apresiasi dari H. Muhammad Amru, seorang tokoh masyarakat Gayo Lues sekaligus mantan Bupati Gayo Lues periode 2012-2017.
H. Muhammad Amru menyatakan kebanggaannya terhadap Mualem-Dek Fad, seraya menegaskan bahwa pasangan ini adalah representasi dari komitmen untuk menyatukan keragaman budaya Aceh.
Menurut Amru, Mualem-Dek Fad tidak hanya tampil sebagai peserta debat, tetapi juga sebagai simbol persatuan dan keragaman budaya Aceh.
Ia menilai bahwa pilihan busana bermotif Gayo dan Alas itu tidak sekadar tampilan luar, tetapi sebuah pesan yang dalam tentang keinginan untuk memperlihatkan kekayaan budaya Aceh ke kancah publik.
Baginya, pasangan nomor urut dua ini berhasil menyampaikan pesan bahwa Aceh adalah satu kesatuan yang beragam namun menyatu, serta menunjukkan penghormatan terhadap warisan leluhur yang kaya.
“Mualem dan Dek Fad mewakili seluruh kekayaan budaya Aceh. Dengan busana mereka yang dihiasi motif Kerawang Gayo dan Alas, mereka mengirimkan pesan kuat kepada semua pihak bahwa Aceh adalah satu kesatuan, dan bahwa keberagaman di Aceh adalah kekuatan, bukan perbedaan yang memisahkan,” katanya, Jum’at 01 November 2024 malam.
Pasangan ini secara simbolis kata dia, telah menunjukkan kepada dunia bahwa Aceh tidak hanya kaya secara sumber daya alam, tetapi juga dalam adat dan budaya yang menjunjung tinggi persatuan.
Baju Muzakir Manaf dan Fadhlullah itu ternyata dirancang secara khusus oleh dr. Gustina Fitri, seorang pengusaha Kerawang Gayo asal Takengon, yang dikenal dengan karya-karya yang mengangkat motif tradisional Aceh.
Rancangan busana yang merupakan perpaduan motif Aceh, Gayo, dan Alas ini, berhasil menghadirkan kesan elegan sekaligus menyiratkan makna mendalam.
Tak hanya sekadar berpakaian, Mualem-Dek Fad dinilai berhasil menghidupkan kembali semangat kebersamaan budaya Aceh yang mungkin jarang diangkat ke panggung besar seperti debat pemilihan kepala daerah.
H. Muhammad Amru menambahkan bahwa busana yang dikenakan Mualem-Dek Fad ini bisa menjadi simbol semangat baru untuk membawa Aceh sebagai daerah yang penuh dengan toleransi dan kebersamaan, menghormati keberagaman, dan menjadikan budaya sebagai salah satu daya tarik utama.
“Penampilan mereka bukan hanya sekadar pakaian, tetapi sebuah pernyataan bahwa Aceh akan selalu berdiri bersama dalam keberagaman budaya. Semoga ke depan, pasangan ini dapat terus mengangkat budaya Aceh hingga ke tingkat nasional maupun internasional,” demikian Amru.
[ ARINOS ]