HARIE.ID | TAKENGON – Tiga gadis cilik melangkah ringan namun pasti. Lewat gerak tari yang anggun dan penuh pesan budaya, mereka berhasil mengharumkan nama Kabupaten Aceh Tengah.
Tim Tari dari SD Swasta 1001 Takengon dipastikan mewakili daerah ke ajang Festival Lomba Seni dan Sastra Siswa Nasional (FLS3N) Tingkat Provinsi Aceh Tahun 2025, untuk kategori Seni Tari Jenjang SD.
Penampilan mereka yang memukau berhasil lolos seleksi tingkat kabupaten melalui penilaian berbasis video yang dikirimkan kepada panitia.
Tarian yang dibawakan berjudul “Tutu”, merupakan representasi harmoni kehidupan dan budaya perempuan Gayo yang dikemas dalam gerak, irama, dan ekspresi penuh makna.
“Kami bersyukur dan bangga bisa mewakili Aceh Tengah. Saat ini, kami sedang mempersiapkan diri untuk tampil maksimal di tingkat provinsi yang akan digelar Juli ini,” ujar Ana Kobat, penata Tari sekaligus kreator utama di balik konsep pertunjukan “Tutu”, Sabtu 12 Juli 2025.
Tarian “Tutu” bukan sekadar pertunjukan seni, tetapi narasi visual tentang kehidupan perempuan-perempuan kecil Gayo. Dalam keseharian, alat “tutu” digunakan untuk menumbuk padi, tepung, bahkan melembutkan bahan baku anyaman.
Namun di tangan para penari kecil ini, alat sederhana itu menjelma menjadi simbol kekuatan, keuletan, kerjasama, dan rasa syukur.
Lewat ekspresi wajah yang polos namun dalam, serta gerakan yang menyatu dengan musik tradisional menyerupai bunyi tutu, jingki, dan lusung, para penonton diajak masuk ke dalam suasana Gayo yang damai, hangat, dan penuh filosofi hidup.
“Lewat tarian ini, anak-anak belajar bahwa budaya bukan barang kuno. Mereka belajar mencintai akar, sekaligus menyampaikan pesan penting dengan cara yang indah,” kata Ana Kobat.
Tiga penari cilik yang menjadi wajah dari tarian ini adalah Aisyah Putri Josi, Salsabila Rizqia dan Wesheera Qanita.
Tarian ini diproduksi secara kolaboratif oleh tim pendidik dan seniman muda Aceh Tengah
- Penanggung Jawab: Ibu Kendita Yoga, S.Pd., M.Pd.
- Penata Tari: Ana Kobat
- Asisten Penata Tari & Penata Rias: Nida Mupidah
- Penata Musik: Sultan Syahril
- Penata Busana: Anggun
- Tim Artistik: Winsibela Retani Yoga, Ridho, Husna Rahminiwar
- Videografer: Reda
Diketahui, FLS2N menjadi ajang bergengsi yang tidak hanya menilai keindahan, tetapi juga makna, orisinalitas, dan nilai-nilai budaya lokal.
Tim dari SD Swasta 1001 Takengon menunjukkan, di balik ruang kelas, ada potensi luar biasa yang jika digali dengan benar, dapat menjadi kekuatan daerah.
“Kami mohon doa dan dukungan dari seluruh masyarakat Aceh Tengah. Semoga langkah kecil ini menjadi awal besar untuk kebangkitan seni budaya di sekolah-sekolah,” pungkas Ana Kobat.
| ARINOS