HARIE.ID | TAKENGON — Arena pacuan kuda tradisional Gayo di Lapangan HM Hasan Gayo, Blang Bebangka, mulai Senin 25 Agustus 2025, dipastikan tetap bergemuruh.
Meski diwarnai aksi mundur massal sebanyak 79 ekor kuda asal Bener Meriah, puluhan kuda yang dinaungi Persatuan Olahraga Berkuda Seluruh Indonesia (Pordasi) Bener Meriah memastikan diri tetap tampil.
Ketua Pordasi Bener Meriah, Zaidan, menegaskan, kuda-kuda yang berada di bawah naungan Pordasi tidak terpengaruh dengan aksi mundur komunitas lain.
“Kalau kuda di bawah Pordasi Bener Meriah tetap bertanding. Tim kita bahkan sedang melaksanakan meeting di Blang Bebangka. Sejak Kamis lalu, kuda-kuda kita sudah tiba di lapangan HM Hasan Gayo,” ujar Zaidan, Minggu 24 Agustus 2025.
Ia menambahkan, Pordasi membuka pintu selebar-lebarnya bagi pemilik kuda Bener Meriah yang ingin bergabung.
“Pordasi itu milik kita bersama. Jadi siapa saja yang mau ikut, ayo kita majukan pacuan kuda secara terorganisir,” tegasnya.
Sebelumnya, dunia pacuan kuda Gayo riuh dengan kepulangan 79 ekor kuda milik Komunitas Kuda Pacu Tradisional Gayo (KKP Traga) Bener Meriah.
Kuda-kuda yang sudah lebih dulu tiba, justru dipulangkan kembali pada Minggu hari ini.
Mereka menilai panitia mempersulit administrasi. Aksi ini pun memicu perdebatan hangat, baik di arena pacuan maupun di warung kopi Gayo.
Sekretaris KONI Aceh Tengah, Yusnardi, menegaskan bahwa penyelenggaraan pacuan kuda secara resmi berada di bawah Pordasi.
“Organisasi yang diakui KONI itu Pordasi. Jadi kontingen dari Gayo Lues maupun Bener Meriah secara aturan memang harus di bawah Pordasi,” jelas Yusnardi.
Namun, ia menepis anggapan adanya kesengajaan untuk mempersulit pihak lain.
“Ini bukan soal dipersulit atau tidak. Ini soal aturan dan tanggung jawab. Kalau tidak ada legalitas resmi, bagaimana kita bisa terima?,” ujarnya.
Meski diwarnai drama mundurnya puluhan kuda, pacuan kuda tradisional memeriahkan HUT ke-80 Republik Indonesia di Aceh Tengah dipastikan tetap berlangsung semarak.
Puluhan kuda dari Pordasi Bener Meriah sudah siap menggedor lapangan, menyuguhkan adu cepat yang selalu jadi hiburan rakyat dan kebanggaan budaya Gayo itu.
Laporan | Karmiadi