ADVERTISEMENT

Tari Guel Menuju Rekor MURI 1.000 Penari di Tahun 2026

HARIE.ID | BANDA ACEH — Tari Guel, mahakarya budaya yang diwariskan turun-temurun oleh masyarakat Gayo mendapat panggung terhormat melalui Workshop Amanat Tari Guel yang digelar di Taman Budaya Aceh pada 12–13 November lalu.

Kegiatan ini bukan hanya ajang pelatihan, tetapi persiapan menuju pemecahan Rekor MURI 1.000 Penari Guel yang akan digelar di Aceh Tengah pada 2026.

Para peneliti dan koreografer menegaskan, Tari Guel bukan sekadar gerak ritmis. Ia adalah perpaduan indah antara seni sastra, musik, dan tari yang menyimpan filosofi dalam di setiap lenggang.

BACA JUGA

Karena itu, workshop dirancang untuk menggali makna gerakan, menyelami pesan budaya, serta menyatukan interpretasi para penari dan koreografer Aceh.

Mengusung tema “Amanat Tari Guel”, kegiatan ini menjadi ruang dialog seni rupa, seni pertunjukan, dan seni media untuk memperkuat pemahaman tentang nilai-nilai filosofis yang hidup dalam setiap gerakan Tari Guel.

Tidak hanya memperkenalkan tarian kepada pelaku seni dari berbagai daerah Aceh, namun juga sebagai bagian dari persiapan teknis dan artistik menuju panggung Rekor MURI.

Kepala UPTD Taman Budaya Aceh, Cut Rita Mutia, S.Sos, MM, memberikan apresiasi terhadap terselenggaranya workshop tersebut.

Dalam sambutannya, ia berujar, Pemerintah Aceh sepenuhnya mendukung pelestarian budaya, terlebih Tari Guel yang menjadi identitas kuat masyarakat Gayo.

“Workshop ini adalah langkah strategis menuju Rekor MURI 1.000 Penari Guel di Aceh Tengah tahun 2026. Kita ingin memastikan bahwa setiap penari memahami makna, filosofi, serta kekhasan gerakan Tari Guel,” ujar Cut Rita, Senin 17 November 2025.

Sebanyak 25 peserta mengikuti kegiatan ini, mayoritas merupakan koreografer terbaik Aceh, baik dari dataran tinggi maupun daerah pesisir.

Keberagaman wilayah peserta bukti bahwa Tari Guel kini kian melampaui batas geografis Gayo dan menjadi milik semua masyarakat Aceh.

Sejumlah sanggar turut menampilkan karya dan interpretasi mereka, di antaranya Sanggar Renggali, Sanggar Kelieten, dan Wira Violin Aceh.

Acara ini juga menghadirkan talent Onot Kemara dan Iwan Setiawan yang memperkaya suasana workshop.

Sementara itu, sesi materi diisi oleh Teuku Aga Renggali, Zulfikar Ahmad, dan Darmiana Suasti.

Teuku Aga Renggali penerima Anugerah Kebudayaan Ace menyampaikan pesa tentang pentingnya pelestarian tari tersebut.

“Tari Guel harus dilestarikan dan disebarluaskan, bukan hanya di Gayo, tetapi ke seluruh Aceh bahkan Indonesia. Ia bukan hanya sejarah, tapi amanat yang harus terus dijalankan,” tegas Aga.

Ia berharap workshop ini menjadi ruang penyamaan persepsi dan pemahaman bagi para pelaku seni. Menurutnya, Tari Guel tidak sekadar pertunjukan, tetapi juga warisan identitas masyarakat Gayo yang perlu dijaga konsistensinya.

“Semua orang tahu Tari Guel, tapi tidak semua memahami filosofi di dalamnya. InshaAllah, kita menuju Rekor MURI 1.000 penari. Mohon doa dan dukungan dari seluruh masyarakat,” pungkas Aga.

Laporan | Karmiadi 

BERITA TERKAIT