ADVERTISEMENT

Kelangkaan BBM Pasca Bencana, Warga Aceh Tengah ‘Serbu’ Kampung Kem Demi Pertalite

HARIE.ID | TAKENGON – Di tengah lumpuhnya akses pasca bencana hidrometeorologi yang melanda Kabupaten Aceh Tengah pada 25 November 2025 lalu, satu persoalan baru muncul dan menekan kehidupan masyarakat, kelangkaan BBM untuk transportasi sehari-hari.

Sejak jalan-jalan utama terputus dan distribusi logistik terganggu, warga Aceh Tengah terpaksa mencari cara lain untuk bertahan.

Salah satu fenomena yang muncul adalah gelombang warga yang “menyerang” atau berbondong-bondong menuju wilayah Kem, Kecamatan Permata di Kabupaten Bener Meriah.

BACA JUGA

Sebuah kampung yang disebut-sebut lebih dekat dengan akses distribusi dari arah Lhokseumawe lintas KKA.

Menurut informasi yang diterima Harie.id, wilayah Kem saat ini masih memiliki stok BBM jenis Pertalite dan Pertamax yang tergolong “berlimpah” bila dibandingkan dengan Aceh Tengah dan Bener Meriah yang hampir kosong total.

“Masih ada jual di Takengon, tapi harganya meroket, sekitar Rp50.000 bahkan ada yang Rp80.000,” kata Wahyuddin, Minggu 07 Desember 2025.

Wahyudin, salah satu warga Takengon, baru saja kembali dari Kem dengan membawa jerigen berisi 35 liter BBM. ia hanya sanggup memikul sebanyak 15 liter.

Ia bercerita, perjalanan yang ditempuh bukanlah hal mudah. Untuk mencapai kampung itu, ia harus berjalan kaki selama hampir empat jam.

“Jalannya putus-putus. Tapi mau bagaimana lagi, kita butuh BBM untuk aktivitas harian,” katanya.

Sesampainya di Kem, ia bisa membeli Pertalite dengan harga normal, Rp10.000 per liter, harga yang kini terasa sangat melegakan di tengah kondisi kelangkaan.

“Bukan untuk dijual, melainkan hanya untuk kebutuhan keluarga sehari-hari,” ujar Wahyudin sambil menunjukkan jerigen yang masih basah terkena hujan sepanjang perjalanan.

Di banyak kampung di Aceh Tengah, aktivitas pertanian, mobilitas warga ke posko pengungsian, hingga penyaluran bantuan sangat bergantung pada BBM. Krisis ini pun menciptakan keresahan tambahan di tengah pemulihan yang sudah berat.

“Kita tidak tahu sampai kapan kondisi ini berlangsung. Tapi selama pasokan belum masuk, warga memang mau tak mau mencari jalur alternatif,” ujar seorang sumber lain yang juga baru kembali dari Kem.

Perjalanan jauh hanya untuk mendapatkan beberapa liter BBM ini menggambarkan betapa masyarakat masih berjuang di tengah keterbatasan, di saat akses belum pulih dan bantuan logistik belum sepenuhnya masuk.

Meski situasi sulit, masyarakat berharap distribusi BBM segera dipulihkan. Mereka berharap pemerintah mempercepat pembukaan jalur lintas KKA dan memastikan bahan bakar kembali tersedia di wilayah terdampak.

“Hanya ini satu-satunya cara menjaga kehidupan tetap bergerak. Kami hanya ingin bertahan. Selama BBM belum masuk, kami akan terus mencari jalan,” pungkasnya lirih.

Laporan | Karmiadi 

BERITA TERKAIT