HARIE.ID | TAKENGON – Ketua HMI Cabang Takengon, Afhdlal, kritik soal pin emas dikabarkan mencapai 10 gram yang dipakai 30 anggota DPRK.
Pin itu bukan sekadar aksesoris, tapi simbol tanda pengenal resmi wakil rakyat di Kabupaten berhawa sejuk itu.
Namun anehnya, menurut Afhdlal, hanya segelintir dewan yang terlihat mengenakannya saat menemui peserta aksi
“Saya lihat cuma pak Hamdan, Hasbullah, dan Genap yang pakai. Yang lain kemana? Udah digadai ya, Pak?” sindirnya di hadapan massa, Senin 01 September 2025.
Kritikan ini langsung memantik gelombang tawa dan teriakan massa yang memenuhi halaman DPRK Aceh Tengah .
Tapi di balik kelakar itu, Afhdlal menyebut masih ada persoalan serius, logika defisit anggaran dan efisiensi yang selama ini digaungkan eksekutif dan legislatif.
“Bayangkan, satu pin beratnya 10 gram. Dengan harga emas hari ini Rp1.850.000 per gram, totalnya lebih dari Rp550 juta! Untuk beli pin emas ada, tapi untuk kebutuhan rakyat kok defisit?” sergahnya.
Afhdlal bahkan menuding, jangan-jangan isu defisit yang disuarakan Pemkab Aceh Tengah hanyalah “tipu-tipu.”
“Pak Bupati, ini pertanyaan besar. Kalau benar defisit, kok bisa DPRK pakai pin emas? Jangan-jangan hanya permainan angka saja,” tambahnya.
Sebelumnya, Ketua DPRK Aceh Tengah, Fitriana Mugie, sempat menawarkan agar audiensi dengan massa digelar di Gedung Olah Seni (GOS) Takengon.
Namun tawaran itu ditolak mentah-mentah. Para pendemo bersikeras menyampaikan aspirasi langsung di “rumah rakyat,” alias gedung DPRK.
Ratusan massa itu kini sudah memasuki ruang sidang utama, mendesak agar persoalan nasional dan lokal dibahas tuntas di hadapan publik.
Laporan | Karmiadi