HARIE.ID | TAKENGON – Seorang warga Aceh Tengah mengaku menjadi korban penipuan berkedok pemesanan Alat Tulis Kantor (ATK) dan logistik makanan oleh seseorang yang mengatasnamakan anggota satuan Batalion di Bener Meriah. Akibat kejadian ini, korban merugi hingga Rp20 juta.
Korban yang enggan disebutkan namanya itu menceritakan kronologi lengkap yang dialaminya pada 17–18 Oktober 2025 lalu.
Menurut pengakuannya, kasus itu berawal ketika seorang pria datang ke tokonya dan menanyakan sejumlah barang ATK. Setelah barang dinilai cocok, pria tersebut memesan kebutuhan ATK dengan total sekitar Rp12 juta.
“Dia bilang pesanan akan diambil sekitar jam 11 siang. Dia mengaku dari satuan Batalion Bener Meriah,” ujar korban.
Keesokan harinya, tanggal 18 Oktober 2025 sekitar pukul 10.00 WIB, orang yang sama kembali menghubunginya melalui telepon.
Ia mengaku mendapat pesanan tambahan dan mengatakan bahwa komandannya ingin berbicara.
“Dikasihnya HP-nya sama yang mengaku komandan. Dia perkenalkan diri sebagai kepala staf, katanya mereka butuh 20 kotak makanan tentara,” tutur korban saat dikonfirmasi Harie.id, Minggu 16 November 2025.
Korban menjelaskan, usahanya tidak bergerak di bidang penyedia makanan. Namun oknum tersebut merayunya untuk membantu mencarikan, sambil memberikan nomor seseorang yang disebut sebagai penyedia makanan militer di kawasan Lhokseumawe.
Modusnya rapi, kontak yang diberikan ternyata seorang perempuan yang mengaku admin usaha makanan militer. Ia langsung mengirim spesifikasi pesanan dan harga.
Korban menolak membeli dengan alasan tidak memiliki uang. Namun oknum yang mengaku tentara itu terus meyakinkannya.
“Dia sampai video call, wajahnya terlihat pakai seragam TNI. Dia bilang jangan khawatir, nanti sekali ambil sama ATK yang mereka pesan,” kata korban.
Admin makanan itu disebut meminta panjar minimal Rp10 juta agar pesanan dapat diproses.
“Waktu itu saya linglung. Lalu saya kirim Rp10 juta,” ucapnya.
Namun ketika korban meminta invoice, admin tersebut memberikan invoice tanpa nomor. Saat korban meneruskannya ke oknum yang mengaku anggota TNI itu, ia menyebut dalam pengajuan ke komandan harus ada nomor invoice.
Saat dimintai klarifikasi, admin makanan kembali meminta tambahan pembayaran:
“Harus Bapak lunaskan Rp10 juta lagi, baru bisa dibuat nomor order-nya,” kata korban.
Korban pun mengirimkan Rp10 juta lagi, namun setelah itu kedua kontak tersebut hilang dan tidak bisa dihubungi.
Korban kemudian mencoba menelusuri nomor telepon admin makanan yang diberikan.
“Nomor itu tidak dapat dilacak lagi. Sudah tidak aktif. Sejak itu komunikasi terputus,” ungkapnya.
Hingga kini, pesanan ATK tidak pernah diambil, uang panjar logistik tidak kembali, dan semua nomor yang digunakan dalam transaksi tersebut tidak dapat dihubungi.
Laporan | Karmiadi












