ADVERTISEMENT

Indihome “Sontoloyo” Tak Peduli Bencana, Tetap Tagih Bayar, Warga Aceh Tengah Murka

HARIE.ID | TAKENGON — Di tengah lumpur yang belum sepenuhnya kering dan perut warga yang masih sering kosong, sebuah pesan WhatsApp justru datang mengetuk kesabaran.

Bukan kabar bantuan, bukan pula empati. Yang muncul adalah tagihan bulanan.

Begitulah yang dirasakan sebagian warga Aceh Tengah saat layanan internet IndiHome tetap mengirim notifikasi pembayaran, meski daerah ini baru saja diguncang bencana hidrometeorologi yang memutus akses, melumpuhkan jaringan, dan membuat kebutuhan pokok jadi barang langka.

BACA JUGA

Di kabupaten yang kini masih “menjerit” karena keterbatasan beras, gas elpiji, hingga pangan harian, pesan penagihan itu terasa seperti tamparan.

“Apakah tidak ada dispensasi? Ini Aceh Tengah, masih wilayah Indonesia,” ujar Aleh, seorang warga yang mengaku murka setelah menerima pesan WhatsApp dari IndiHome.

Aleh menuturkan, pesan penagihan itu diterimanya Jumat 13 Desember 2025, bertepatan dengan hari kehadiran Presiden RI Prabowo Subianto di Aceh Tengah.

Di saat pejabat negara datang melihat luka bencana, sebuah perusahaan pelat merah justru mengingatkan soal kewajiban bayar.

“Jangankan bayar, kami di sini terancam kelaparan,” kata Aleh dengan nada getir. Sejak bencana melanda, menurutnya, layanan IndiHome praktis tak bisa diakses. Jaringan lumpuh, sinyal hilang, dan tak ada solusi nyata di lapangan.

Ironisnya, dalam pesan itu Aleh diminta membayar lebih dari Rp300 ribu untuk satu bulan layanan.

“Kalau di tengah bencana IndiHome bisa diandalkan, saya akan tetap bayar, bahkan kalau bisa lebih,” ucapnya. “Tapi kenyataannya, kami harus berdesakan di Kantor Bupati cuma untuk cari sinyal WiFi Starlink. Ini benar-benar sontoloyo, membayar sesuatu yang tidak kami gunakan.”

Kemarahan Aleh bukan berdiri sendiri. Di tengah kondisi darurat, warga Aceh Tengah masih berjuang memenuhi kebutuhan paling dasar. Banyak keluarga menggantungkan hidup dari bantuan, sementara akses transportasi dan komunikasi belum sepenuhnya pulih.

Situasi ini memunculkan pertanyaan besar di benak warga, di mana empati korporasi saat rakyat sedang terpuruk?

Apakah perusahaan sebesar IndiHome benar-benar menutup mata dari berita, jeritan, dan realitas bencana yang setiap hari menghiasi layar nasional?

Bagi Aleh dan warga lainnya, masalah ini bukan sekadar soal tagihan. Ini soal rasa keadilan.

“Negara boleh hadir, pejabat boleh datang, tapi kalau perusahaan tak punya nurani, rakyat tetap sendirian. Telkom di Takengon saja mengunakan layanan Starlink, proyek ambisius milik Elon Musk, pakek otak lah,” pungkas Aleh, suaranya menggambarkan amarah yang bercampur kelelahan.

Laporan | Karmiadi 

BERITA TERKAIT