HARIE.ID, TAKENGON | Ketua Forum Advokasi Tambang Alam Linge (Fatal), Rusli menyebut semua tambang itu merusak jika tidak dikelola dengan baik.
Lewat pandangannya terhadap hasil studi banding yang dilakukan di PT Citra Palu Minerals (PT. CPM) Palu, Sulawesi Tengah, pada tanggal 22 -25 Desember 2023 lalu.
Studi banding itu diwakili dari beberapa unsur diantaranya masyarakat lingkar tambang yaitu Desa Lumut, Ise-ise dan Desa Owaq. Selain itu juga kegiatan ini diwakili dari Forum Advokasi Tambang Alam Linge, Ikatan Mahasiswa Linge dan Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Takengon.
Rusli menyebutkan, keberangkatan tersebut merupakan usulan yang diajukan oleh masyarakat lingkar tambang serta LSM Fatal, guna untuk memberikan pemahaman dengan melihat langsung sistem pertambangan yang akan beroperasi di lokasi Abong Kecamatan Linge.
Menurut PT LMR memiliki kemiripan dengan pertambangan yang akan beroprasi di tanah Abong yaitu dengan menggunakan pengolahan kering (Dry Tailing) satu-satunya di Indonesia, sehingga limbah penambangan dapat dikontrol dengan baik, serta dapat dijadikan sebagai batako dan olahan lainnya.
Beberapa kegiatan yang dilakukan selama studi banding itu adalah mendengarkan paparan dari pihak PT CPM, menyaksikan langsung sistem pengolahan mulai dari penggalian batuan hingga proses penanganan limbah.
Peserta dibawa ketempat pemeliharaan ternak milik kelompok tani masyarakat yang merupakan binaan PT CPM, dialokasikan dari dana CSR.
Rusli menyimpulkan bahwa pertambangan yang ada di PT CPM tidak seindah yang dibayangkan masyarakat, namun tidak juga seburuk seperti apa yang dipikirkan banyak orang.
“Artinya ada nilai positif dan negatifnya,” kata Rusli kepada Harie.id, Jum’at 29 Desember 2023.
Para peserta studi banding itu kata dia, tidak sepenuhnya puas dengan apa yang mereka lihat pada model pemberdayaan mayarakat yang ada di Palu.
“Katanya sudah menyerap sebanyak 77 persen tenaga kerja dari lingkar tambang. Artinya masyarakat masih berharap lebih dari apa yang mereka lihat. Jika dibandingkan dengan daerah Abong yang memiliki sumber daya alam cukup potensial yang dapat dikelola melalui binaan PT LMR kedepan,” katanya.
Meskipun Pihak CPM menyebutkan perusahaan produksi kurang lebih baru 3 tahun dan wilayah produksinya masih sedikit, akan terus menambah kelompok – kelompok ternak tahap demi tahap dan mengembangkan kelompok-kelompok lainnya seperti budidaya perikanan, tanaman hidroponik.
Kata Rusli lagi, mereka juga menyebutkan penggunaan dana CSR disalurkan pada bidang pendidikan seperti paket A, B dan paket C serta bantuan untuk mayarakat berprestasi dan kurang mampu.
“Hal ini belum cukup untuk sebuah permodelan peningkatan kesejahteraan masyarakat lingkar tambang nantinya. Kami mendesak kepada PT LMR agar membuat sebuah permodelan yang lebih baik dibandingkan yang ada di Palu, guna peningkatan kesejahteraan masyarakat khususnya lingkar tambang,” demikian Rusli.
[ ARINOS ]