Pesantren Maqamam Mahmuda Gelar Prosesi Adat “Bemunge”

19
SHARES
105
VIEWS

Harie.Id, Takengon | Puluhan Santiriwan dan Santriwati Pondok Pesantren (Ponpes) Yayasan Maqamam Mahmuda Aceh Tengah ikuti prosesi adat “Bemunge“.

Prosesi ini digelar bagi Santri yang telah selesai menimba ilmu pengetahuan di lembaga pendidikan, dalam istilah adat Gayo disebut “Bemunge“.

Yayasan Maqamam Mahmuda sebelum nya telah menggelar prosesi adat “I Serahen ku Tengku Guru” enam tahun lalu bagi santri yang baru masuk ke Pesantren tersebut.

BACA JUGA

“Enam (6) tahun lalu orang tua (wali murid-red) mengantarkan anak-anak dengan niat menjadi anak amal sholeh ke pesantren ini denga proses I Gurun. Hari inu sudah waktunya mereka kami kembalikan ke pangkuan orang tua,” kata Pimpinan Yayasan Maqamam Mahmuda, Abdiansyah Linge, Selasa 13 Juni 2023.

Tak terasa kata Abdiansyah, waktu begitu cepat berlalu, mereka para santri telah dididik di pesantren yang didirikan pada tahun 2014 silam itu.

“Hari ini mereka telah menyelesaikan pendidikan. Kami mewakili pesantren hari ini kami kembalikan ke pangkuan orang tua,” terang Abdiansyah.

Pihaknya telah berupaya memberi warna bagi Santriwan dan Santriwati tingkat Tsanawiyah dan Aliyah. Namun, dalam perjalanan nya tentu terbesit suatu kelemahan, atas dasar itu, mewakili seluruh ustad dan ustadzah ia menyampaikan permohonan maaf.

“Kami juga makhluk lemah, pasti ada kekurangan saat proses belajar mengajar, kami mohon maaf kepada wali santri. Hari ini kami kembalikan rotan yang dulunya diserahkan ke kami untuk mendidik putra – putri bapak ibu,” ujar Abdiansyah Linge.

Di kesempatan yang sama, salah satu wali santri menyambut apa yang disampaikan oleh Pimpinan pesantren.

“Kami mengucapkan terimakasih telah memberi warna kepada putra – putri kami, kami tidak akan sanggup membayar apa yang telah ustadz dan ustadzah lakukan, melainkan kami serahkan kepada Alllah untuk membalasnya,” kata salah satu wali santri.

Terpisah, Reje Kampung Simpang Empat, Sabirin berharap, puluhan santriwan dan santriwati dapat mengamalkan ilmu yang telah diperoleh selama mondok di Maqamam Mahmuda.

“Kami berharap, kalian begitu bergabung dengan masyarakat, dapat menjadi pelopor di kampung masing-masing,” kata Sabirin sembari menyebut tidak melupakan almamater.

Pimpinan Pesantren Maqamam Mahmuda saat menyerahkan kembali rotan dan ketan berwarna kuning ke pangkuan wali santri (Photo/Harie)

Sementara itu, Kasi Pendidikan diniah dan pondok pesantren Kemenag Aceh Tengah, Syahrial menyebut, Yayasan Maqamam Mahmuda adalah salah satu lembaga Pendidikan Diniah Formal (PDF).

“Satu satunya di Aceh Tengah, kurikulum pendidikan berbasis nasional, langsung dari pusat dan lintas sektoral,” kata Syahrial.

Yayasan Maqamam Mahmuda kata dia, bersifat mandiri dan tidak bersinggungan dengan Pemerintah Daerah.

“Karena lebih mengedepankan pendidikan agama, meski memiliki madrasah 95 persen. Kami (Kemenag-red) hanya melakukan monitoring, bisa disebut sebagai pengawas memantau perkembangan,” demikian Syahrial.

Dalam kesempatan tersebut turut dibentuk Ikatan Alumni Maqamam Mahmuda (Ikam) yang diketuai oleh Kurniadi, ia dipercaya memimpin 79 jebolan Pesantren yang digagas oleh Almarhum Dr Mahmud Ibrahim.

Selanjutnya akan dilakukan Musyawarah Besar (Mubes) untuk menentukan kepengurusan IKAM. | Arinos

BERITA TERKAIT

BERITA TERKINI