Harie.Id, Takengon – Menduwe merupakan salah satu tutur yang masih lestari di dataran tinggi Tanoh Gayo, tutur ini acap kali jarang diketahui oleh generasi muda saat ini.
Tutur Menduwe adalah, tutur antara Kile (menantu laki – laki) dan Pemen (menantu perempuan). Tutur ini terjalin lantaran terselenggara nya ikatan pernikahan.
Menduwe termasuk kedalam kelompok tutur berat hubungan antara kedua tutur tersebut memiliki keterbatasan ketika berinteraksi.
Hubungan antara menduwe dengan kile adalah sama sama anak dalam satu keluarga. Keterbatasan yang dimaksud antara Kile dan Pemen yag disebut tutur Menduwe tidak dijadikan objek senda gurau.
Keterbatasan dalam berkomunikasi ini akan timbul dengan sendirinya, meski keduanya sebelum diikat dalam tutur Menduwe adalah teman sejawat.
Keduanya sama – sama pendatang didalam sebuah rumah tangga yang diikat dalam tali pernikahan.
Sebagai contoh, antara Kile dan Pemen (Menduwe) tidak diperkenankan untuk berboncengan atau bedua – duaan dilingkungan sosial masyarakat.
Tidak diperkenankan untuk berguyon (Beberakah-red Gayo), karena keduanya termasuk hubungan saling menghormati. Kesepakatan ini harus dijunjung tinggi oleh keduanya.**