HARIE.ID, TAKENGON: Setelah selesai dengan sukses di Desa Kelitu Kecamatan Bintang, Festival Panen Kopi akhir pekan ini dilangsungkan di Desa Bukit Sama Kecamatan Kebayakan selama dua hari (18-19 November ini). Pagelarannya dipastikan tak akan kalah seru dengan di Kelitu.
Veneu Festival Panen Kopi Bukit Sama dipusatkan di atas perbukitan Bukit Sama, berdekatan dengan Singah Mata, diantara hamparan kebun kopi. Dari panggung yang telah dipersiapkan, para pengunjung yang datang akan bisa menyaksikan keindahan kota Takengon dengan Danau Lut Tawar yang mempesona dari pegunungan Bukit Sama. Tak hanya itu, dari veneu dengan dekor artistik ini, hamparan Bener Meriah juga akan terlihat memukau. Tempat ini sengaja dipilih untuk memanjakan para pengunjung menikmati keindahan alam seraya saksikan perhelatan rangkaian Festival Panen Kopi.
Festival Panen Kopi di desa penghasil kopi Arabika ini akan diisi tracking kebun kopi, Ritual Doa Ni Kupi, konten melukis harapan (menggambar Lampion), pertunjukan canang, Didong Anak, Teater Anak, pertunjukan musik tradisi, Tari kreasi dan Jazz Panen Kopi, juga Lomba Didong. Para pengunjung yang hobi motret juga dapat mengikuti lomba foto bertema Festival Panen Kopi.
Inisiator Festival Panen Kopi Gayo, Hardiansyah Ay mengungkapkan Festival warga ini bukan hanya merupakan momen perayaan bagi masyarakat yang telah bekerja keras untuk menghasilkan biji kopi berkualitas tinggi, tetapi juga adalah cerminan dari peran penting industri kopi masyarakat dalam menjaga ketahanan pangan di daerah.
“Dalam kebudayaan tersimpan pengetahuan tentang bagaimana manusia beradaptasi dengan lingkungan dan merawatnya, yang ditunjukan dari berbagai bentuk aktivitas seperti melalui ritual, kesenian, adat istiadat dan lainnya”jelas Hardiansyah. Hal tersebut terangnya selain berfungsi untuk membangun kesadaran masyarakat juga membentuk kebiasaan-kebiasaan mereka.
Ia menambahkan pada kebudayaan masyarakat Gayo terdapat berbagai bentuk ritual yang menciptakan hubungan harmonis antara manusia dengan alam, ritual doa ni kupi yang menunjukan rasa sayang kepada tanaman kopi dalam mantranya yang menyebutkan bahwa tanaman kopi ditanam dialam yang baik, seperti udara yang baik, tanah yang baik, air yang baik dan cahaya matahari yang baik, lalu ritual Nayang yang tujuannya membersihkan sumber air untuk memastikan air yang baik untuk kesuburan tanah dan tanaman.
“Sebagaimana diketahui tanah memegang peran yang sangat penting dalam mendukung ketahanan pangan. Tanah bukan hanya tempat dimana tanaman tumbuh, tapi merupakan fondasi bagi produksi pangan yang berkelanjutan, yang mana kebudayaan juga berperan penting dalam menjaga tanah agar tetap baik”kata pegiat festival warga ini.
Selain itu, Festival Panen Kopi Gayo juga menjadi wadah bagi para petani untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman dalam budidaya kopi yang berkelanjutan. Prinsip-prinsip pertanian berkelanjutan seperti pemupukan organik, praktik-praktik penanaman yang ramah lingkungan, dan perlindungan hutan di sekitar perkebunan kopi, peningkatan produktivitas kopi dipromosikan disini.
Selain itu diharapkan akan mendukung ekosistem pertanian yang memungkinkan untuk diversifikasi, yang mana ketika panen kopi tidak berlimpah, petani masih dapat mengandalkan sumber pendapatan lainnya, seperti pertanian tanaman pangan atau peternakan. Strategi diversifikasi ini juga dapat membantu menciptakan fondasi yang kokoh untuk ketahanan pangan jangka panjang.Festival panen kopi gayo lebih dari sekadar perayaan hasil pertanian kopi, festival ini juga membantu untuk membangun masa depan yang lebih terjamin dalam hal pangan.
“Festival Panen Kopi Gayo diharapkan dapat membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa-desa penyelenggara melalui pemajuan kebudayaan desa dengan pengembangan potensi-potensi budaya yang dapat dimanfaatkan untuk memberikan kesejahtraan bagi masyarakat dengan menjaga nilai-nilai kebudayaan setempat sebagai modal untuk melanjutkan kehidupan”papar Hardiansyah.
Festival Panen Kopi dengan Venue diatas pegunungan ini, akan mengadirkan sensasi menikmati pagelaran bak pertunjukan di atas awan dan tidak boleh dilewatkan. |(REL)