HARIE.ID, TAKENGON | Badan Pusat Statistik (BPS) Aceh mengumumkan bahwa Aceh Tengah mencatatkan inflasi terendah di Provinsi Aceh pada Oktober 2024.
Dengan tingkat inflasi kalender sebesar 0,59% dan inflasi tahunan 0,67%, Aceh Tengah menunjukkan keberhasilan dalam menjaga kestabilan harga di tengah tantangan ekonomi global.
Kepala BPS Aceh Tengah, Dr. Nuri Rosmika, menjelaskan, pada Oktober 2024, Aceh Tengah mengalami deflasi bulanan sebesar 0,32%, inflasi kalender 0,59%, dan inflasi tahunan 0,67% dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 107,08.
“Inflasi tahunan Aceh Tengah ini adalah yang terendah di Aceh, sementara deflasi bulanannya menempati posisi terendah kedua setelah Kota Lhokseumawe,” katanya.
Nuri juga menambahkan, secara nasional, inflasi pada Oktober mencapai 0,08%.
“Hal ini menggembirakan, karena Indonesia mengalami tren deflasi selama lima bulan berturut-turut sebelumnya,” lanjutnya.
Menurutnya, inflasi rendah di Aceh Tengah dipengaruhi oleh pengelolaan komoditas yang efektif serta ketersediaan pangan yang memadai, menunjukkan bahwa strategi pemerintah daerah dan pelaku usaha berhasil.
Menanggapi pencapaian ini, Pj. Bupati Aceh Tengah, Subhandhy menyatakan, bahwa inflasi yang terkendali berdampak positif pada daya beli masyarakat.
Stabilitas harga memungkinkan masyarakat untuk mengalokasikan pengeluaran pada kebutuhan sehari-hari dan pendidikan.
“Komoditas seperti makanan, minuman, tembakau, serta perlengkapan rumah tangga menjadi penyumbang utama inflasi tahunan,” katanya dalam kegiatan Rakor pengendalian inflasi bersama Mendagri secara daring di Command Center Setdakab Aceh Tengah, Senin 04 November 2024.
Subhandhy mengidentifikasi makanan, minuman, dan tembakau sebagai penyebab utama inflasi bulanan sebesar 0,67%. Namun, beberapa komoditas seperti cabai merah, cabai rawit, ikan kembung, dan beras justru berkontribusi pada deflasi.
“Fenomena ini berbeda dengan deflasi tahun 1999 yang terjadi akibat krisis finansial Asia. Deflasi kali ini lebih disebabkan oleh penurunan harga dari sisi penawaran, khususnya pangan,” ujarnya.
Meskipun terdapat tren positif, Pemkab Aceh Tengah tetap waspada terhadap potensi fluktuasi harga di masa mendatang.
“Kami akan terus memantau perkembangan ini dan siap melakukan intervensi melalui program-program yang telah terbukti efektif,” tegasnya.
Pemerintah daerah juga menegaskan akan melanjutkan upaya menjaga ketersediaan dan stabilitas harga pangan melalui langkah-langkah konkret seperti operasi pasar murah, inspeksi dan monitoring distribusi barang secara berkala, Kerja Sama Antar Daerah (KAD), serta kolaborasi dengan pihak swasta untuk memperlancar pasokan daerah.
Selain itu, pemerintah menggalakkan gerakan menanam komoditas lokal dan menganggarkan program-program yang bertujuan menekan laju inflasi.
“Pemanfaatan dana Belanja Tidak Terduga (BTT) untuk subsidi transportasi bahan pangan dan operasi pasar murah yang berkelanjutan akan terus diperkuat,” tambah Subhandhy.
Keberhasilan Aceh Tengah dalam menekan inflasi di bawah rata-rata nasional menjadi indikator positif bagi potensi investasi daerah.
Pemerintah Kabupaten Aceh Tengah juga berkomitmen meningkatkan kerjasama antara petani, pedagang, dan pemerintah dalam menjaga rantai pasokan.
Aceh Tengah kini berpotensi menjadi model bagi daerah lain dalam pengelolaan inflasi yang efektif, dengan harapan keberhasilan ini bisa menjadi inspirasi bagi kabupaten dan provinsi lain agar stabilitas ekonomi dapat terus dirasakan masyarakat.
[ ARINOS ]