Merasa di Anak Tirikan, Guru Honorer ini Minta Kemenag Aceh Tengah Tutup RA Swasta

185
SHARES
1k
VIEWS

HARIE.ID, TAKENGON |Kekecewaan mendalam dirasakan oleh sejumlah guru honorer di Raudhatul Athfal (RA) swasta di Aceh Tengah.

Adalah Tawarni, sosok guru dibawah naungan Kementerian Agama (Kemenag) Aceh Tengah, ia berasumsi, Kemenag lebih berpihak pada guru honorer yang mengajar di sekolah negeri, sementara mereka yang telah mengabdi belasan tahun di RA swasta masih belum mendapatkan kejelasan terkait status dan kesejahteraan.

“Kami merasa bapak menganaktirikan kami. Bagaimana nasib kami, Pak,” kata guru honorer yang telah mengabdi selama 15 tahun ini di gedung DPRK Aceh Tengah, Kamis 30 Januari 2025.

BACA JUGA

Ia bersama rekan – rekan nya disebut hingga kini belum mendapat kejelasan terkait pengangkatan sebagai ASN atau PPPK atau mendapatkan tunjangan yang layak.

Menurutnya, guru-guru honorer yang mengajar di madrasah negeri dengan masa kerja satu hingga dua tahun sudah banyak yang lulus seleksi, sementara mereka yang telah mengabdi hingga 20 tahun masih terkatung-katung.

“Kami sudah sering ke Kemenag, tapi jawabannya selalu sama, sabar. Datang lagi, sabar. Sampai kapan, Pak?” keluhnya.

Ia pun merinci kondisi yang semakin sulit, mulai dari tuntutan administrasi seperti penyusunan RPP dan kurikulum, hingga keperluan pembelajaran yang mengharuskan mereka menyediakan media ajar sendiri.

“Kalau kami mengajarkan tentang apel, kami harus membawa apel ke kelas pak. Uangnya dari mana? Dari kantong sendiri. Pak, jangankan untuk beli apel, untuk isi bensin saja kami sudah sulit,” keluhnya dengan nada bergetar.

Kondisi ini diperparah dengan minimnya apresiasi terhadap perjuangan mereka dalam mendidik anak-anak usia dini, terutama di daerah pelosok.

“Anak-anak yang datang ke RA, kami yang membimbing tangan mereka menulis garis miring pertama. Di desa, masih banyak anak yang bahkan ingusnya masih harus kami bersihkan. Jika kami tidak lagi dibutuhkan, kami berlapang dada, Pak,” tambahnya.

Kekecewaan ini membuat mereka meminta Kemenag untuk memberikan kejelasan terkait nasib mereka. Bahkan, jika memang keberadaan RA swasta tidak lagi dianggap penting, mereka meminta agar lembaga tersebut dibubarkan saja.

“Kalau memang RA swasta tak tidak berarti, lebih baik tutup saja, Pak, daripada kami terus menunggu tanpa kepastian,” tegasnya.

Mereka pun berharap agar pemerintah dibawah naungan Kemenag untuk memberikan kebijakan yang adil dan tidak membeda-bedakan guru honorer di sekolah negeri dan swasta, karena menurut mereka, semua sama-sama berjuang mencerdaskan anak bangsa.

“Pak, kami tidak kalah hebat nya dengan guru – guru yang ada di sekolah Negeri pak,” demikian kata Tawarni sembari diberi tepuk tangan gemuruh dari rekan – rekan nya.

| ARINOS

BERITA TERKAIT

BERITA TERKINI