Tenang Saat “Diserang” Kekuatan Shabela yang Tak Tergoyahkan 

58
SHARES
322
VIEWS

HARIE.ID, TAKENGON | Di tengah hiruk-pikuk politik Pilkada serentak 2024, pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati Aceh Tengah, Shabela Abubakar dan Eka Saputra atau akronim (SEDE), muncul dengan pendekatan yang unik.

Dalam kontestasi yang penuh manuver politik, pasangan ini justru memilih untuk menonjolkan sikap tenang dan berintegritas, sambil menekankan pentingnya memilih pemimpin berdasarkan nurani, bukan sensasi.

“Bukan kami yang paling kuat secara finansial, tapi kami yakin kekuatan nurani jauh lebih bernilai daripada kekuatan materi,” kata Shabela Abubakar, Kamis 21 November 2024 di kediaman nya.

BACA JUGA

“Saya juga tidak tahu yang punya kekuatan finansial Dali lima Paslon ini siapa,” timpalnya.

Pernyataan yang diutarakan Shabela bukan hanya sekadar retorika, tetapi refleksi dari perjalanan panjang seorang pemimpin senior yang pernah memimpin Aceh Tengah lima tahun ke belakang.

Shabela Abubakar adalah figur yang tidak asing bagi masyarakat Aceh Tengah. Di usia 68 tahun, pria kelahiran 20 Agustus 1956 ini membawa pengalaman yang tidak bisa ditandingi oleh kandidat lain.

Tentu pengalaman yang utama adalah Bupati Aceh Tengah periode 2017-2022, ia juga paham betul tentang dunia birokrasi, lantaran pernah menjabat sebagai abdi negara.

Shabela sangat memahami seluk-beluk pemerintahan dan kebutuhan masyarakat di tingkat akar rumput.

“Kami memimpin bukan untuk memperkaya diri, tapi untuk melayani masyarakat,” ujar Shabela.

Pengalaman panjangnya membuatnya memahami bahwa, kepemimpinan bukan soal popularitas, melainkan soal kemampuan memberikan dampak nyata bagi rakyat.

Di usianya yang kini mendekati 70 tahun, Shabela tidak melihat politik sebagai medan perang, melainkan ladang pengabdian.

Dalam setiap langkahnya, ia terus mengingatkan pentingnya nilai kejujuran, ketulusan, dan keberanian untuk melawan arus politik yang kerap kali penuh intrik.

Dalam perjalanan Pilkada kali ini, Shabela dan pasangannya, Eka Syaputra, kerap menjadi sasaran serangan dari kandidat lain.

Serangan ini bukan hanya datang dalam bentuk kritik, tetapi juga tuduhan-tuduhan yang berusaha meruntuhkan kredibilitas mereka. Namun, Shabela memilih untuk tidak terjebak dalam permainan itu.

“Awalnya, serangan diarahkan ke kami dai Paslon nomor lima. Saya memilih menjawab dengan tenang, karena saya tahu, masyarakat lebih pintar daripada yang mereka pikirkan,” ungkap Shabela.

Bahkan kata dia, saat ini yang lebih menggebu – gebu melontarkan serangan dari Paslon nomor urut 1.

Ia bahkan mengkritik gaya debat politik dalam debat Publik yang digelar oleh KIP Aceh Tengah beberapa waktu lalu.

Menurut penilaian nya, Paslon ini hanya menampilkan kepalsuan.

“Ada yang bertanya ke Google, bukan ke hati nurani. Sehingga membuat mereka salah ucap, salah pikir, karena bukan rel kondisi Aceh Tengah yang dilihat,” katanya dengan nada satire

Shabela menegaskan, pasangan SEDE tidak akan terlibat dalam politik saling menjatuhkan. Baginya, semua kandidat adalah putra terbaik Gayo.

Namun, ia tidak segan menyoroti praktik-praktik yang menurutnya melanggar etika, seperti “menguasai ” salah satu dinas di Aceh Tengah untuk kepentingan politik.

“Ada oknum Paslon yang menguasai salah satu dinas, seolah-olah bantuan pemerintah adalah milik kandidat tertentu. Ini dosa besar. Panwas harus bergerak,” tegas Shabela tanpa menyebut siapa Paslon ini.

Salah satu hal yang membedakan SEDE dari kandidat lain adalah pendekatan mereka dalam berkampanye.

Kata Shabela, keyakinan dan dukungan tulus dari masyarakat adalah modal utama.

“Selam kami menjabat sebagai Bupati, tentu ada orang – orang yang kami besarkan, saya pernah membantu orang di birokrasi dan bahkan kontraktor, tapi saya tidak pernah menuntut balasan. Dukungan yang saya minta adalah bentuk penghargaan atas apa yang telah kita capai bersama,” ujar Shabela.

Namun, ia tidak menutup mata terhadap kenyataan bahwa banyak dari mereka yang pernah dibantu kini justru menjauhinya.

“Hanya 20 persen yang mengingat, sisanya tidak tahu berterimakasih. Tapi saya tidak berkecil hati. Saya yakin perjuangan dengan hati nurani akan selalu mendapat tempat di hati rakyat,” katanya.

Atas dasar itu, Shabela sadar bahwa kemenangan tidak hanya ditentukan oleh strategi kampanye, tetapi juga oleh kesadaran rakyat dalam menggunakan hak pilih mereka.

Ia terus mengingatkan masyarakat untuk tidak golput pada 27 November mendatang.

“Pilihlah pemimpin dengan hati. Kenali siapa dia, apa yang telah dilakukannya, dan apa yang akan dia perjuangkan. Jangan hanya terpesona oleh janji manis, tapi lihat rekam jejaknya,” tegas Shabela.

Pasangan SEDE meyakini bahwa Aceh Tengah membutuhkan pemimpin yang tidak hanya kompeten, tetapi juga memiliki integritas dan keberanian untuk berdiri di atas kebenaran.

Dalam setiap kesempatan, Shabela menegaskan bahwa perjuangannya adalah untuk rakyat, bukan untuk ambisi pribadi.

“Kami tidak menjanjikan langit, tapi kami berkomitmen untuk memberikan yang terbaik. Kejujuran dan pengalaman adalah modal utama kami, dan kami percaya, itu lebih dari cukup untuk membawa perubahan bagi Aceh Tengah,” pungkasnya.

Di tengah dinamika politik yang kerap kali dipenuhi intrik, pasangan Shabela-Eka adalah angin segar.

Mereka menawarkan kepemimpinan yang tenang, matang, dan didasarkan pada prinsip kejujuran.

Dalam pertarungan Pilkada 2024 ini, mereka ingin membuktikan bahwa politik tidak harus menjadi ajang saling menjatuhkan, melainkan sebuah panggung untuk melayani rakyat dengan sepenuh hati.

“Keputusan ada di tangan masyarakat. Pada 27 November mendatang, mari gunakan hak pilih dengan bijak. Pilihlah pemimpin yang benar-benar peduli, berintegritas, dan siap melayani rakyat. Pilih SEDE, jangan Golput,” demikian ajak Shabela.

[ ARINOS ]

BERITA TERKAIT

BERITA TERKINI