HARIE.ID, TAKENGON | Pemungutan suara untuk menentukan pasangan pemimpin Aceh Tengah lima tahun ke depan tinggal menghitung jam.
Besok, Rabu, 27 November 2024, rakyat akan memasuki bilik suara untuk memberikan mandat pada salah satu dari lima pasangan calon yang telah bersaing ketat menyampaikan visi-misi selama berbulan-bulan.
Namun, pertanyaan besar menggantung, akankah rakyat benar-benar tersentuh, atau sekadar terbujuk janji manis?
Kelima pasangan calon adalah, Bardan Sahidi – Karimansyah, Irmansyah – Azza Apri Saufa, Shabela Abubakar – Eka Saputra, Alaidin Abu Abbas – Anda Suhada, dan Haili Yoga – Muchsin Hasan, telah berjuang keras menggalang dukungan.
Mereka menawarkan berbagai janji mulai dari “Perubahan Revolusioner” hingga “Kesejahteraan yang Hakiki.”
Namun, bagi sebagian warga, kampanye ini terasa seperti festival tahunan, lengkap dengan keramaian, hiburan, dan doorprize, sementara esensi sebenarnya masih menjadi teka-teki.
Di sudut warung kopi, Baleatu, para pemilih masih sibuk berdebat siapa yang layak memimpin.
“Bardan itu cocok, dia punya pengalaman di parlemen. Tapi Karimansyah, waktu debat tidak terlalu banyak beretorika,” kata seorang warga sambil menyeruput kopi Gayo.
Di meja lain, pendukung Irmansyah dengan tegas berkata, “Azza Apri Saufa itu fresh, mungkin ini waktunya anak muda memimpin.”
Sementara itu, pendukung Shabela-Eka lebih santai. “Shabela kan sudah pengalaman, tinggal diteruskan. Eka? Yah, bonus lah!” Tawa mereka meledak.
Pendukung Alaidin dan Anda Suhada tak mau kalah, dengan klaim, “Kami ini pasangan hidden gem! Tunggu saja kejutannya!”
Pendukung Haili Yoga – Muchsin Hasan juga demikian, “HAMAS itu keren, seperti nya sportif, dan energik,” seru seorang pendukung sambil tersenyum kecil.
Pantauan Harie, sebagian rakyat sudah siap dengan pilihan mereka, sementara sebagian lagi masih ragu.
“Mau milih siapa? Yang penting dapat nasi bungkus,” kata seorang ibu yang terlihat tengah memeriksa jadwal arisan di WhatsApp Grup nya.
“Politik itu seperti film, ending-nya selalu twist,” komentar seorang pemuda yang mengaku sudah empat kali ikut pilkada tapi belum pernah benar-benar puas dengan hasilnya.
Besok, semua akan terjawab. Siapa yang akan merebut kursi Bupati Aceh Tengah? Atau mengendarai Mobil Toyota Land Cruiser Prado BL 1 G dan Toyota Alphard BL 2 G.
Apakah rakyat akan memilih berdasarkan visi-misi, ataukah faktor lain yang tak terucapkan akan lebih menentukan?
Apakah janji-janji mereka benar-benar menyentuh hati rakyat, atau hanya sekadar menggugurkan kewajiban?.
Judul ini adalah kritik halus terhadap dinamika Pemilu, di mana meski pemimpin berganti, harapan masyarakat tetap sama dari waktu ke waktu.
Kalimat ini menyiratkan bahwa aspirasi rakyat sering kali tidak berubah, pembangunan, kesejahteraan, keadilan, dan transparansi, tetapi pemimpin yang datang silih berganti belum tentu mampu mewujudkannya.
Setiap kandidat biasanya menawarkan solusi “baru,” namun sering kali substansinya sama, membangun jalan, menyediakan layanan kesehatan, atau meningkatkan ekonomi.
Harapan lama tetap berulang karena janji tersebut sering tidak terealisasi.
Pemilu menciptakan ekspektasi tinggi, tetapi kenyataannya, banyak pemimpin yang setelah terpilih lebih sibuk dengan politik atau kepentingan pribadi daripada memenuhi janji. Harapan masyarakat jadi stagnan, tidak pernah benar-benar terwujud.
Harapan lama menggambarkan impian rakyat untuk perubahan besar yang terus ditunda, seolah-olah pemilu hanya formalitas untuk memilih wajah baru tanpa perbaikan berarti.
Kalimat ini juga menggambarkan skeptisisme terhadap proses demokrasi yang seakan menjadi ajang rutin memilih pemimpin tanpa perubahan mendasar dalam kehidupan rakyat
Pilkada ini seperti permainan, kita sudah menghitung, memompa, dan siap meledak. Siapa yang bertahan sampai akhir? Tunggu hasilnya, dan jangan lupa, jangan rusak suara dengan kopi tumpah!
[ ARINOS ]