Asmayanti Desak Pemkab Kembalikan Fungsi GOS Takengon Sebagai Rumah Besar Seni dan Budaya

HARIE.ID, TAKENGON – Wakil Ketua Fraksi Gerindra DPRK Aceh Tengah, Asmayanti tanggapi terkait polemik hilangnya fungsi Gedung Olah Seni (GOS) Takengon sebagai ruang ekspresi bagi pelaku seni dan budaya di dataran tinggi Gayo.

Dalam pernyataannya, Asmayanti dengan tegas meminta Pemerintah Kabupaten Aceh Tengah mengembalikan marwah GOS sebagai pusat kegiatan seni, bukan sekadar gedung seremoni serbaguna.

“GOS bukan gedung biasa, itu adalah panggung aspirasi, tempat ide dan kreativitas masyarakat dituangkan dalam bentuk seni. Jangan sampai identitas budaya kita hilang karena minimnya perhatian terhadap ruang kreasi,” tegas Asmayanti, Kamis 05 Juni 2025.

BACA JUGA

Menurutnya, sudah saatnya Pemkab melakukan langkah nyata dengan merevitalisasi fungsi GOS sebagai pusat seni dan budaya, apalagi potensi seni generasi muda di Aceh Tengah terus berkembang dan meraih prestasi baik di tingkat lokal maupun nasional.

“Kita punya generasi muda yang bertalenta, dari seni musik, tari, teater, hingga seni rupa. Mereka butuh ruang, bukan janji. GOS harus kembali menjadi milik seniman, bukan hanya menjadi lokasi pesta pernikahan,” kritiknya.

Asmayanti menilai, komitmen membangun pariwisata dan citra daerah tidak cukup dengan infrastruktur fisik dan slogan semata. Harus ada keseriusan dalam membangun ekosistem seni dan budaya secara menyeluruh.

“Aceh Tengah ingin dikenal sebagai destinasi wisata berkelas? Maka seni dan budaya harus jadi etalase. GOS adalah wajah itu. Jangan dikerdilkan dengan hanya dijadikan tempat resepsi atau seremoni pejabat,” ungkapnya.

Sebagai legislator perempuan yang konsisten menyuarakan suara-suara masyarakat, Asmayanti juga menegaskan bahwa ia siap mengawal aspirasi seniman dan mendorong penganggaran yang berpihak pada sektor seni budaya.

“Kami mendengar langsung keluhan pelaku seni. Sudah cukup mereka berjuang sendiri, dari latihan di trotoar, di pasar, hingga menyewa tempat tanpa dukungan. Saatnya panggung mereka dikembalikan. Kita tidak bisa bicara peradaban tanpa menghargai seninya,” pungkasnya.

| ARINOS

BERITA TERKAIT

BERITA TERKINI